BERCANDA DALAM ISLAM

Bercanda memang tidak dilarang dalam ajaran Islam karena tujuan dari bercanda adalah membuat perasaan senang, jadi hendaknya untuk memilih cara bercanda yang baik agar tidak membuat sakit hati siapapun. namun ada beberapa adab dan etika yang perlu menjadi pedoman dalam bercanda sehingga bercanda menjadi media yang mencairkan suasana keakraban sesama di lingkungan masyarakat. Karena Nabi Muhammad shallallahu Alaihi wasallam pun pernah bercanda kepada keluarganya ,istrinya, keponakannya ,cucunya, dan para sahabat-sahabatnya. Berarti bercanda itu dalam Islam itu boleh-boleh saja tidak dilarang, yang dilarang adalah yang melanggar adab dan etika dalam bercanda.
Canda tawa merupakan media kehidupan sosial yang tidak mungkin terhindarkan, apalagi jika kita hidup ditengah masyarakat. Terkadang canda itu menjadi cara untuk bersosialisasi dengan masyarakat di sekitar kita, bahkan dalam kondisi tertentu canda menjelma menjadi metode pendidikan yang jitu. Tidak bisa dipungkiri, canda di saat-saat tertentu memang dibutuhkan untuk menciptakan suasana rileks dan santai guna mengendorkan urat-urat syaraf yang tegang, menghilangkan rasa pegal-pegal dan capek sehabis melakukan aktifitas yang menguras konsentrasi dan tenaga. Diharapkan setelah itu badan kembali segar, mental stabil, semangat bekerja tumbuh kembali, sehingga produktifitas semakin meningkat.
Jika ada yang bertanya, ‘Bagaimana pendapat kalian tentang bercanda? Maka penulis jawab dengan mengutip perkataan para ulama dan merujuk kepada candaan Nabi Muhammad shallallahu Alaihi wasallam
 "Bercanda boleh bila menimbulkan rasa nyaman, baik itu bagi orang yang mengajak bercanda, atau bagi orang yang diajak bercanda, atau bagi keduanya".(Al-‘Iz bin Abdissalam rahimahullah)
bercanda dengan tujuan merealisasikan kebaikan, atau untuk menghibur lawan atau untuk mencairkan suasana, maka itu tidak terlarang sama sekali, bahkan canda seperti ini termasuk sunnah yang mustahab (disukai). (Imam Nawawi rahimahullah didalam kitab al-Adzkâr (hlm. 581)
Islam mewajarkan hal tersebut, dalam suatu kesempatan Rasulullah ﷺ mengajak istri serta sahabatnya untuk saling bercanda dengan orang lain agar membantu mereka menjadi lebih bahagia. Sahabat Nabi Muhammad ﷺ di lain kesempatan juga melakukan candaan agar suasana menjadi cair.
CANDAAN RASULULLAH SHALALLAHU ALAIHI WASALLAM 
Mari kita melihat kembali candaan candaan Nabi Muhammad shallallahu Alaihi wasallam  pada zaman dahulu ketika bersama keluarganya, istrinya, keponakannya, cucunya ,dan para sahabat-sahabat Nabi shallallahu Alaihi wasallam.
1. hadits yang diriwayatkan al-Mubârak bin Fadhâlah dari al-Hasan al-Bashri, beliau berkata bahwa ada seorang nenek datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, “Wahai Rasûlullâh! Mintalah kepada Allâh Azza wa Jalla agar aku dimasukkan ke dalam surga.” Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai Ummu Fulan! Sesungguhnya surga tidak dimasuki oleh nenek-nenek.” Mendengar ini, nenek itu pergi sambil menangis. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada para Sahabatnya, “Kabarkan kepadanya bahwa dia tidak akan masuk surga dalam keadaan tua. sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla berfirman:
إِنَّا أَنْشَأْنَاهُنَّ إِنْشَاءً ﴿٣٥﴾ فَجَعَلْنَاهُنَّ أَبْكَارًا ﴿٣٦﴾ عُرُبًا أَتْرَابًا
Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya. [Al-Wâqi’ah/56:35-37][8]
2. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mencandai Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu. Beliau pernah memanggil Anas bin Malik dengan panggilan “pemilik dua telinga”.
عن أنس بن مالك أن النبي صلى الله عليه وسلم قال له : يا ذا الأذنين قال محمود : قال أبو أسامة : يعني يمازحه
Dari Anas bin Malik sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berkata kepadanya : “Wahai pemilik dua telinga.”
Perawi yang meriwayatkan hadist ini yaitu Abu Usamah menjelaskan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam ingin mencandai Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu dengan panggilan tersebut. (HR Tirmidzi dalam Jami’nya no 1992)
Panggilan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam ini tidak menutup kemungkinan adalah bagian dari pujian atau sanjungan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam terhadap Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu. Karena Anas bin Malik memiliki dua telinga yang selalu mendengar, taat, dan mengingat apa yang dikatakan kepadanya.
Anas bin Malik pada saat itu adalah pembantu Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, akan tetapi keadaannya itu tidak menghalangi Nabi untuk mencandainya. Berbeda halnya dengan keadaan sebagian orang, mereka menutup diri untuk bercanda dengan pembantu mereka, disebabkan mereka memandang candaan tersebut akan mengurangi martabat dan derajat mereka. Tentu hal seperti ini sangatlah bertentangan dengan petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, bertentangan dengan sifat tawadhu yang sepantasnya setiap muslim menghiasi diri dengannya.
3. Kisah yang diriwayatkan Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata :

ليخالطنا حتى يقول لأخ لي صغير : با أبا عمير ! ما فعل النغير ؟

Sungguh Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam sering berkumpul dengan kami sehingga mengatakan kepada adik kecil saya: “Wahai Abu Umair, apakah gerangan yang sedang dikerjakan oleh burung kecil itu?” (HR Tirmidzi dalam Jami’nya no 1989 dan Muslim no 2150)
Dahulu Abu Umair memiliki seekor burung kecil dan suka bermain dengannya. Suatu ketika burung tersebut mati, maka Abu Umair pun sedih karena kehilangan burungnya. Melihat keadaan tersebut, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam ingin menghiburnya dan menghilangkan kesedihannya dengan mencandai dan menggodanya dengan berkata kepadanya : “Wahai Abu Umair, apakah gerangan yang sedang dikerjakan oleh burung kecil itu?”
Lihatlah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak canggung mencandai seorang anak kecil. Padahal beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah seorang pimpinan negara yang sibuk dalam segala hal. Tetapi beliau masih bisa menyempatkan diri untuk memberikan kebahagiaan kepada seorang anak kecil yang sedang bersedih.
4. Humor cerdas Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
عن أنس بن مالك أن رجلا استحمل رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال : إني حاملك على ولد ناقة، فقال : يا رسول الله! ما أصنع بولد النافة؟  فقال صلى الله عليه وسلم : وهل تلد الإبل إلا النوق
Dikisahkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu suatu ketika seorang sahabat meminta kepada Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam untuk memberikannya seekor unta untuk ditungganginya, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam menjawab : “Sungguh aku akan memberimu tunggangan seekor anak unta.” (Sahabat tersebut memahami bahwa Rasulullah akan memberikannya seekor anak unta yang masih kecil yang tidak bisa ditunggangi). Sahabatpun berkata: “Wahai Rasulullah apa yang bisa aku perbuat dengan seekor anak unta?”
Rasulullah menjawab: “Bukankah semua unta (baik anak unta atau dewasa) itu terlahir dari seekor unta betina?” (maksud Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam yaitu beliau akan memberikannya seekor unta dewasa yang siap untuk ditunggangi, tetapi Nabi ingin mencandainya dahulu dengan mengatakan unta tersebut adalah anak unta. Karena unta kecil atau dewasa adalah termasuk anak unta). (HR. Tirmidzi dalam Jami’nya no 1991)
5. Canda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasalam terhadap seorang nenek.
عن الحسن قال : أتت عجوز إلى النبي صلى الله عليه وسلم، فقالت : يا رسول الله ! ادع الله أن يدخلني الجنة، فقال : يا أم فلان ! إن الجنة لا تدخلها عجوز، قال : فوليت تبكي، فقال : أخبروها أنها لا تدخلها وهي عجوز، إن الله تعالى يقول : تَعَالَى يَقُوْل : إِنَّا أَنْشَأْنَاهُنَّ إِنْشَاءً ۝ فَجَعَلْنَاهُنَّ أَبْكَارًا ۝ عُرُبًا أَتْرَابًا۝
Dari Al Hasan, beliau menceritakan : Seorang nenek tua pernah mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam. Nenek tua itu pun berkata : “Wahai Rasulullah, berdo’alah pada Allah agar Dia memasukkanku dalam surga.” Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “Wahai Ummu Fulan, Surga tak mungkin dimasuki oleh nenek tua.” Nenek tua itu pun pergi sambil menangis. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam pun berkata : “Kabarilah dia bahwa surga tidaklah dimasuki dia sedangkan dia dalam keadaan tua. Karena Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (QS. Al Waqi’ah: 35-37). (HR. Tirmidzi dalam Asy Syamail Muhammadiyah no. 205)
Perkataan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam,
إن الجنة لا تدخلها عجوز
Surga tidak dimasuki oleh nenek tua.
Maksudnya yaitu wanita akan dihidupkan kembali di hari kiamat kelak dalam keadaan berumur tiga puluh tiga tahun, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadist Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
يدخل أهل الجنة الجنة جردا مردا مكحلين بني ثلاثين أو ثلاث و ثلاثين
“Akan masuk penghuni surga dalam keadaan tanpa berpakaian, belum berjenggot, serta bercelak mata. Umur mereka antara tiga puluh tahun atau tiga puluh tiga tahun.” (HR Ahmad dalam musnad no 22106)
6. Suatu hari, Ummu Aiman mendatangi Rasulullah SAW. Ia bermaksud meminjam unta kepada Sang Nabi.
 Wahai Rasulullah, tolong naikkan aku ke unta," kata Ummu Aiman usai mengucap salam kepada Rasulullah.
Mendapat permintaan itu, Rasulullah tidak segera melaksanakannya. Rasulullah kemudian sejenak mengajak ibu asuhnya bercanda agar suasana menjadi menyenangkan.
Saya akan naikkan ibu ke punggung anak unta," kata Rasulullah.Bikin Ummu Aiman Heran
Jawaban Rasulullah membuat Ummu Aiman heran.
" Anak unta tidak akan kuat mengangkat tubuhku, dan akupun tidak tega menaikinya, wahai Rasulullah," kata dia.Mendengar ucapan Ummu Aiman, Rasulullah tersenyum.
Saya tidak akan menaikkan ibu kecuali ke punggung anak unta," kata Rasulullah. Keheranan Ummu Aiman makin menjadi.
 Apa yang bisa dilakukan oleh seekor anak unta?" tanya dia kepada Rasulullah.
Bukankah setiap yang dilahirkan oleh unta disebut anak unta, hai Ibu?" kata Rasulullah.
Mendengar ucapan Rasulullah, Ummu Aiman tersadar. Dia telah terkecoh dengan candaan anak asuhnya yang begitu dia cintai.
HIKMAH DARI CANDAAN
Dari pemaparan di atas tampak jelas bahwa hikmah disyariatkan bercanda yaitu menghibur saudara. Karena canda tidak diperbolehkan kecuali jika materinya berisi hal-hal yang bisa menghibur pelaku saja, atau orang yang dicandai atau dua-duanya, sebagaimana perkataan al-‘Iz bin Abdissalam rahimahullah.
Dari canda-candaan Nabi diatas menunjukan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah seorang yang cerdas, sebab orang yang mampu bercanda dengan baik pada dasarnya memiliki kecerdasan yang baik juga.
Mudah-mudahan kita dijauhi dengan canda-candaan yang berlebihan, canda-candaan yang melalaikan dari berdzikir kepada Allah Ta’ala.
Namun canda yang diperbolehkan atau bahkan yang disunatkan di atas terikat dengan ketentuan-ketentuan syari’at. Jika ketentuan-ketentuan ini dilanggar, berarti canda itu masuk kategori canda yang tercela dan terlarang.
CANDAAN YANG TERCELA DAN TERLARANG
1. Candaan yang dilakukan  mengandung nama Allah, Ayat-ayat Al Qur'an dan Rasul-Nya
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ ۚ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ
لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ ۚ إِنْ نَعْفُ عَنْ طَائِفَةٍ مِنْكُمْ نُعَذِّبْ طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ
” Katakanlah, Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan dari kamu (lantaran mereka tobat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.”
2. Berbohong. Hal ini sebab Nabi Muhammad ﷺ pernah berkata yang diriwayatkan Abu Dawud. Rasulullah ﷺ bersabda:
وَيْلٌ لِلَّذِى يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ
Celakalah orang yang berbicara lalu mengarang cerita dusta agar orang lain tertawa. Celaka baginya, celaka baginya.”
3. Menyakiti dengan sengaja, sebab Allah ﷻ berfirman dalam Alquran surah Al Hujarat ayat 11:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”
4. Bercanda melewati batas, jangan sampai bercanda berlebihan karena dalam sebuah hadits disebutkan, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
وَلَا تُكْثِرِ الضَّحِكَ، فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ القَلْبَ
Janganlah engkau sering tertawa, karena sering tertawa akan mematikan hati.” (Shahih Sunan Ibnu Majah no 3400).
5. Melakukan candaan terhadap orang yg tidak suka, hal ini bertujuan agar candaan yang dilontarkan tidak menjadi pemercik api yang bisa memanas karena kesalah pahaman.
6. Menjadikan topik serius dalam candaan, hal ini terkait dengan adab sebagai Muslim yang bijaksana dan pandai menempatkan diri karena semua akan dipertanggung jawabkan.
7. Tidak Menghindari larangan Allah ﷻ dalam candaan, karena sudah sepatutnya sebagai seorang Muslim mengrindari larangan-larangan dalam agama.
8.Tidak berkata dan bersikap yang konotasinya buruk, karena kenyamanan dalam berhubungan sosial menjadi hal yang penting.
9. Menghindari tertawa berlebihan sebagaimana dikatakan oleh Aisyah RA:
مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ضَاحِكًا حَتَّى أَرَى مِنْهُ لَهَوَاتِهِ إِنَّمَا كَانَ يَتَبَسَّمُ
Aku belum pernah melihat Rasulullah ﷺ tertawa terbahak-bahak hingga kelihatan lidahnya, namun beliau hanya tersenyum.”
Menjadi seorang Muslim yang ramah dan berakhlak mulia adalah sebuah kebaikan dan memiliki amal sosial terhadap orang lain karena memberi tawa dan bahagia bisa memberikan kedamaian dan keceriaan dalam sebuah hubungan di sebuah lingkungan.
ADAB DAN ETIKA YANG HARUS DI PERHATIKAN DALAM CANDAAN
1. Candaan yang dilakukan tidak mengandung nama Allah.
2. Tidak berbohong.
3. Tidak menyakiti dengan sengaja.
4. Tidak melewati batas, jangan sampai bercanda berlebihan karena dalam sebuah hadits disebutkan, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Janganlah engkau sering tertawa, karena sering tertawa akan mematikan hati.” (Shahih Sunan Ibnu Majah no 3400).
5. Tidak melakukan candaan terhadap orang yg tidak suka, hal ini bertujuan agar candaan yang dilontarkan tidak menjadi pemercik api yang bisa memanas karena kesalah pahaman.
6. Tidak menjadikan topik serius sebagai candaan, hal ini terkait dengan adab sebagai Muslim yang bijaksana dan pandai menempatkan diri karena semua akan dipertanggung jawabkan.
7. Menghindari larangan Allah ﷻ dalam candaan, karena sudah sepatutnya sebagai seorang Muslim mengrindari larangan-larangan dalam agama.
8. Tidak berkata dan bersikap yang konotasinya buruk, karena kenyamanan dalam berhubungan sosial menjadi hal yang penting.
9. Menghindari tertawa berlebihan yang dapat mematikan hati.
UNTUKMU YANG BERCANDA
Kawan-kawan ku 
Mengapa kita terbitkan buku ini, hanya semata-mata saling mengingatkan agar kita tidak terlalu terbuai dengan candaan
Kadang terbetik candaan kita menyebut nama-nama hewan dan gelar-gelar yg buruk, apakah ini bertentangan dengan batasan-batasan Allah atau tidak? Karena Allah menciptakan kita seperti Apa yg Allah jelaskan
 لَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ فِىٓ أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
Ini yg membuat kita introspeksi diri dlm bercanda kepada teman dan kawan-kawan kita. Apakah ini termasuk mengolok-olok ciptaan Allah? 
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
Kawan-kawan jangan jadikan candaan Dengan kalimat-kalimat dusta yang dapat merugikan diri Anda dan menjatuhkan harga diri yang dicanda, sehingga kedustaan itu selalu terpatri dalam hati dan lisanmu ketika engkau bercanda. Karena dusta dan kebohongan semua itu akan merugikan diri anda dan orang lain, jangan demi kelucuan dan mengejar tawa orang lain dengan candaan kita ,sehingga kita tidak menghiraukan adab dan etika dalam bercanda sebagaimana yang telah kita ketahui adab dan canda nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wasallam yang kita telah jelaskan di atas.
Candaan yang dusta tidak akan membawakan manfaat sedikitpun bahkan hanya mendapatkan kelucuan dan tawa yang dapat mematikan hati kita. Jika hati telah mati maka akan sulit kebenaran itu akan masuk ke dalam hati yang telah mati. Maka jadikanlah candaan sebagai metode pembelajaran sebagaimana yang telah kita ketahui cara candaan nabi Muhammad Sallallahu Alaihi wasallam di atas.
Penulis: Muhamad Nur Sumbi

Komentar